Tuesday, 12 October 2021
Friday, 20 August 2021
Thursday, 22 April 2021
Papua60detik - PK yang oleh aparat keamanan dituding sebagai pemasok sejumlah senjata api dan amunisi ke Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terancam hukuman 10 tahun penjara.
Kasatgas Humas Ops Nemangkawi Kombes M Iqbal Alqudusy menyebut, PK dikenakan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Darurat nomor 12 tahun 1951 Jo pasal 55 KUHP.
PK ditangkap di kediamannya di Nabire Senin (19/4/2021). Ia berstatus DPO sejak Januari lalu dan telah dipantau selama satu bulan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, PK diketahui menghabiskan uang senilai Rp1,1 miliar untuk membeli empat pucuk senjata guna mendukung KKB pimpinan Egianus Kogoya di wilayah Nduga.
"Dana bersumber dari Gee Gwijangge, kelompok Egiamus Kogoya. Dana tersebut berasal dari perampasan, perampokan serta pemerasan kepada kepala suku maupun dana desa di tiap desa yang dipaksa Egianus untuk setor per desa sebesar Rp1 miliar," kata Iqbal dalam keterangan tertulisnya yang diterima Papua60detik, Selasa (20/4/2021).
Ia menyebut, PK sudah saling mengenal dengan Gee Gwijangge sejak 2018 lalu.
PK membeli senjata dari Didy Chandra yang saat ini berstatus sebagai Narapidana Lapas Kelas II Nabire.
"Sementara Didy Chandra Warobay adalah anggota Perbakin yang sudah ditangkap di Bandara Douw Arturur di Nabire beberapa waktu lalu," kata Iqbal. (Salmawati Bakri)
Saturday, 17 April 2021
![]() |
Ilustrasi OPM. (Dok. freewestpapua.org) |
Jakarta, CNN Indonesia -- Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengakui bahwa pasukannya menembak mati siswa SMA bernama Ali Mom (16) di wilayah Kampung Uloni, Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua pada Kamis (15/4) kemarin.
Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom mengatakan bahwa Ali ditembak lantaran selama ini menghasut masyarakat sekitar untuk tidak mendukung perjuangan Papua merdeka.
"Dia selalu kerja sama TNI kemudian provokasi masyarakat atau hasut masyarakat untuk tidak boleh mendukung perjuangan Papua merdeka. Oleh karena itu, TPNPB tembak mati dia," kata Sebby saat dihubungi CNNIndonesia.com dari Jakarta, Jumat (16/4) malam.
Sebby mengatakan bahwa pasukan yang menembak mati itu pun mengetahui identitas Ali yang merupakan masyarakat sipil dan sedang menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Ilaga.
Lihat juga: TNI Buru Prajurit yang Membelot Gabung KKB Papua
Hanya saja, dia menegaskan bahwa pihaknya bakal tetap menembak mati masyarakat yang mereka tuding bekerja sama dengan aparat.
Oleh sebab itu, dia pun menepis klaim dari kepolisian yang menyatakan bahwa pasukan KKB menyerang masyarakat sipil karena kehabisan makanan atau logistik.
"Ali Mom itu benar-benar anak sekolah SMA 1 Ilaga. Namun identitas sehari-hari anggota provokator atau intelijen," jelasnya lagi.
"Orang asli Papua tapi mata-mata, akan menjadi target TPNPB," tandas dia.
Ali Mom sendiri menjadi korban penembakan KKB usai dihubungi oleh anggota KKB pimpinan Lekagak Telenggen, tepatnya Lerrymayu Telenggen. Dia diminta untuk membawa rokok dan pinang ke Kampung Uloni.
Korban pun dievakuasi sehari setelah penembakan itu terjadi pasca warga sekitar mengetahuinya.
Lihat juga: Siswa SMA di Puncak Papua Tewas Diduga Ditembak KKB
"Dari hasil penyidikan, didapati bahwa tersangka Lerry Mayu intens menghubungi korban untuk membeli dan mengantarkan pinang dan rokok," kata Kasatgas Humas Operasi Nemangkawi, Kombes Pol Iqbal Alqudusy, Jumat (16/4).
Hingga saat ini, kata dia, Satgas Nemangkawi sedang berada di Distrik Ilaga untuk melakukan pengejaran terhadap KKB secara intens. Pasalnya, kata Iqbal, korban yang ditembak saat ini merupakan anak dibawah umur.
Dia pun memastikan bahwa situasi di wilayah Beoga sudah kondusif pasca sejumlah aksi penembakan yang terjadi.
(mjo/ain)
Friday, 16 April 2021
![]() |
Ilustrasi. (Foto: ANTARA/HO-Humas Polda Papua) |
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Penerangan Kogabwilhan III Kolonel Czi IGN Suriastawa membenarkan informasi salah satu prajurit TNI yang kabur dan bergabung dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organsiasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).
Suriastawa mengatakan, prajurit TNI itu telah bergabung sejak 12 Februari lalu dan baru kembali diramaikan saat ini.
"Walaupun hal itu benar, tetapi kejadiannya tanggal 12 Februari 2021 yang lalu, bukan kejadian baru dan sudah diberitakan di media," kata Suriastawa melalui pesan singkat, Jumat (16/4).
Ia menduga, pihak OPM tengah bersiasat dengan meramaikan kembali kejadian lama sehingga seolah baru saja terjadi.
Lihat juga: OPM Akui Tembak Guru di Beoga: Dia Mata-mata TNI-Polri
Suriastawa menuturkan, prajurit TNI dari Yonif 410 itu kabur pada 12 Februari lalu dari pos pemantauan tanpa membawa senjata.
"Sampai saat ini tidak jelas keberadaannya," kata Suriastawa.
Suriastawa mengingatkan agar masyarakat Papua, tepatnya di Ilaga lebih berhati-hati dan mewaspadai aksi teror yang dilakukan oleh para OPM.
Apalagi kata dia, saat ini mereka semakin gencar melakukan teror dengan membunuh masyarakat sipil.
"Kali ini KKB menembak mati seorang pelajar SMA, Ali Mom (16 tahun) di kampung Uloni, Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak Kamis (15/4) kemarin," kata dia.
Lihat juga: Komnas HAM Minta Otsus Papua Dievaluasi Usai Penembakan Guru
Sebelumnya, Juru Bicara OPM Sebby Sambom menyebut seorang anggota TNI yang bertugas di Pos Bulapa memutuskan bergabung dengan OPM.
Ia mengklaim, keputusan yang diambil anggota TNI itu lantaran tak tahan dengan sikap TNI yang kerap menembak masyarakat sipil Papua.
"(Bergabung) Sejak Februari 2021 karena dia lihat anggota TNI suka tembak masyarakat sipil, termasuk pendeta," kata Sebby.
Sebby menyebut prajurit TNI itu saat ini langsung menjadi prajurit OPM sebab sudah cukup terlatih saat masih bergabung di TNI.
Eskalasi konflik TNI dengan kelompok bersenjata di Papua meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Sejumlah penembakan terjadi, beberapa di antaranya menyasar warga sipil, termasuk dua guru.
(tst/pris)