Saturday, 19 March 2022
Wednesday, 9 February 2022
Monday, 3 January 2022
Thursday, 23 December 2021
Saturday, 18 December 2021
Monday, 22 November 2021
Wednesday, 17 November 2021
Friday, 12 November 2021
Kamis, 4 Nov 2021 | Oleh: Chris Saltmarsh
Monday, 8 November 2021
Tuesday, 24 August 2021
Saturday, 24 July 2021
Sunday, 4 October 2020
TabloidJubi -Jayapura, Jubi – Gubernur Papua, Lukas Enembe mengatakan pemerintah Provinsi Papua akan membentuk tim kemanusiaan untuk membantu masyarakat Intan Jaya menghadapi permasalahan yang dihadapi belakangan ini. Tim ini menurut Gubernur Enembe akan terdiri dari beberapa unsur, diantaraya pemerintahan, masyarakat sipil dan gereja.
“Penembakan pendeta Zeremia Zanambani harus diinvestigasi. Namun bukan hanya itu, masalah yang dihadapi oleh masyarakat Intan Jaya belakangan ini sangat berat. Kekerasan demi kekerasan terjadi di Intan Jaya. Ini hampir sama dengan saat saya menjadi bupati di Puncak Jaya,” kata Gubernur Enembe kepada Jubi, Jumat (2/10/2020).
Menurut Gubernur Enembe, pemerintah daerah harus membantu masyarakat Intan Jaya menghadapi trauma kekerasan yang dialami.
“Dalam waktu dekat ini tim kemanusiaan untuk Intan Jaya akan dibentuk. Saat ini saya sedang berkoordinasi dengan Karo Hukum untuk membuat SK nya,” jelas Gubernur Enembe tanpa merinci lebih jauh terkait tim kemanusiaan yang akan dibentuk.
Terpisah, Ketua Sinode AM GKI Papua Pendeta Andrikus Mofu menanggapi tim investigasi kasus penembakan Pendeta Zeremia Zanambani yang dibentuk Menko Polhukam, Mahfud MD.
Ia yakin bahwa masyarakat Papua tidak percaya dengan tim investigasi yang dibentuk Menko Polhukam.
“Saya hari ini yakin bahwa masyarakat Papua pasti tidak yakin oleh tim investigasi yang dibentuk oleh Menko Polhukam dapat mengungkapkan secara adil dan baik transparan dan jujur,” kata Mofu dalam diskusi publik yang diadakan oleh Amnesty International Indonesia dengan judul “Mengulas Tim Investigasi Independen Penembakan Hitadipa”, Jumat (2/10/2020).
Saturday, 7 March 2020
Jayapura, Jubi – Kebiasaan konsumsi minuman beralkohol (minol) bagi sebagian orang Papua memang bukan tradisi asli tetapi ada beberapa suku yang memiliki mitos tentang saguer. Suku Byak dalam mitos Manarmakeri atau laki laki tua kaskado pernah bergelut dengan Bintang Pagi/Fajar gara-gara Bintang Fajar dituding mencuri saguer hasil sadapan laki laki kaskado sehingga keduanya berkelahi sampai pagi hingga tersingkap rahasia kehidupan.
Tak heran kalau kebiasaan membuat saguer banyak terdapat di Kepulauan Biak Numfor hingga ke Manokwari dan Kepulauan Raja Ampat. Bagi orang Byak tradisi minum saguer biasanya dilakukan setelah panen hasil kebun dan kerja keras.
Bahkan dalam upacara Wor K’Bor akil balik suku Byak warga berpesta selama hampir tiga minggu mempersiapkan para pemuda usai mengikuti pendidikan di Rum Sram atau rumah bujang. Antropolog JR Mansoben dalam tulisannya berjudul Ritus Peralihan, Wor K’Bor mengatakan setelah upacara pemotongan bagian atas dari penis laki-laki langsung ada pula pesta dan penyajian saguer bagi warga yang berpartisipasi dalam pelaksanaan ritus peralihan.
Suku Marind di Kabupaten Merauke juga telah lama mengenal tradisi minum akar wati dalam upacara-upacara adat. Khususnya klen Ndiken memiliki simbol adalah pohon wati. Tanaman ini sangat berarti bagi orang Marind dan juga Marori Men-Gey. Minuman akar wati ini biasanya diolah menjadi minuman adat mengandung alkohol untuk pesta adat dan acara meminang perempuan.
Sebaliknya minuman wati ini, bisa pula digunakan untuk melakukan niat buruk membunuh seseorang dengan cara suanggi. Hal ini bisa terjadi jika seseorang memberikan pohon wati kepada orang yang punya suanggi untuk membunuh orang lain atau mungkin pula lawan dalam klen yang belum melunasi utang.
Berbeda dengan wilayah Papua, bagi warga Melanesia di Vanuatu dan Fiji, mereka sudah mengembangkan minuman kava tradisional sebagai simbol persaudaraan.
Sewaktu Presiden SBY berkunjung ke Suva Fiji pada 17-20 Juni 2014, sempat ikut pula melakukan Yaqona Vakaturaga yaitu upacara minum Yaqona (Kava). Di sisi, SBY diberikan batok kelapa berisi ‘Kava’ oleh seorang peserta upacara. Upacara berikutnya adalah pemberian makanan yang dimasak dengan Lovo yang dimasak dengan ditimbun batu panas atau barapen dalam bahasa Byak.
Akar wati mirip kava
Pohon watu diambil dari akarnya yang kemudian dibersihkan. Akar pohon wati ini dicuci bersih dan ditiriskan terlebih dahulu. Akar wati yang bersih ini kemudian dikunyah dan dicampur dengan air saat mengunyah di dalam mulut. Setelah dikunyah kemudian dicampur dengan air dan siap diantarkan dalam pesta peminangan maupun dalam pesta adat.
Dikenal sebagai yaqona atau sekadar minuman beralkohol di Fiji, kava adalah minuman narkotika ringan yang dibuat dari campuran akar bubuk tanaman merica (piper methysticum) dengan air dan menghasilkan rasa mati rasa di sekitar mulut, bibir, dan lidah serta rasa relaksasi.
Jubi mengutip Wikipedia.org menyebutkan bahwa Kava atau kava kava (Piper methysticum: bahasa Latin ‘lada’ dan bahasa Latin ‘memabukkan’) adalah tanaman di Kepulauan Pasifik. Nama kava berasal dari Bahasa Tonga dan Marquesan, yang berarti ‘pahit’; nama lain untuk kava termasuk ʻawa (Hawaiʻi), ʻava (Samoa), yaqona (Fiji), dan malok atau malogu (bagian dari Vanuatu).
Kava dikonsumsi untuk efek penenangnya di seluruh budaya Samudra Pasifik Polinesia, termasuk Hawaii, Vanuatu, Melanesia, dan beberapa bagian Mikronesia. Untuk tingkat yang lebih rendah, itu dikonsumsi di negara-negara di mana diekspor sebagai obat herbal. Akar tanaman digunakan untuk menghasilkan minuman dengan sifat penenang, anestesi, dan euphoriant. Bahan aktifnya disebut kavalactone.
Mengapa minol memakan korban
Kebiasaan konsumsi minol terkadang menyalahkan pihak lain dan mengatakan warisan penjajah Belanda dengan kebiasaan minuman beralkohol. Bahkan kemenangan klub-klub sepak bola di Jerman biasanya berlanjut dengan pesta minuman beer. Bagaimana dengan kebiasaan menenggak minol di Tanah Papua?
Warisan atau tradisi, tak tahulah tetapi meminjam pendapat aktivis Aborigin, Charles Perkin, menuliskan bahwa orang Aborigin di Australia sering minum dalam pertemuan-pertemuan tradisional, tidak sebagai minuman-minuman yang sengaja melanggar tata cara minum sebagimana mestinya. Mereka justru memenuhi sindrom “kasihanilah saya” kalau mereka diperbolehkan memperlihatkan tata cara minum yang tidak dapat diterima umum sebagaimana dilaporkan wartawati Kompas dalam artikelnya berjudul Aborigin juru kunci di Australia (Kompas 1992).
Terlepas dari pro dan kontra soal minol di Tanah Papua khususnya di Kota Jayapura, pendapat Majelis Rakyat Papua (MRP) patut mendapat perhatian semua pihak. Yoel Mulait menyatakan data yang diperoleh MRP dari polisi menunjukkan jumlah orang di Kota Jayapura yang tewas karena mengonsumsi minuman beralkohol bertambah.
“Dari data polisi, jumlah korban meninggal akibat minuman beralkohol pada 2018 adalah 21 orang. Pada 2019, jumlah korban meninggal akibat minuman beralkohol bukannya menurun, tetapi malah naik menjadi 32 orang. Sebagian besar [korban] itu orang asli Papua,” kata Mulait.
Pengalaman Jubi sewaktu bertugas di Timika pada 2001 pernah membawa korban miras ke RS Mitra Masyarakat. Timika. Akibat warga menenggak minol merek terkenal asal negara Rusia yang diduga palsu. Kata dokter kala itu, “Untung korban cepat dibawa ke Rumah Sakit, jika terlambat sudah pasti matanya buta atau kehilangan nyawa.” (*)
*) Penulis adalah redaktur senior Jubi
Thursday, 27 October 2016
from WordPress http://ift.tt/2eyCyce
via IFTTT
from WordPress http://ift.tt/2dZFOg7
via IFTTT
Monday, 10 October 2016
from WordPress http://ift.tt/2e3607E
via IFTTT
Monday, 22 August 2016
from WordPress http://ift.tt/2bvs65j
via IFTTT
Friday, 12 August 2016
from WordPress http://ift.tt/2bmmglG
via IFTTT
Wednesday, 7 October 2015
from WordPress http://ift.tt/1Z92bQp
via IFTTT
Thursday, 4 June 2015
from WordPress http://ift.tt/1BM5tLo
via IFTTT