Wednesday, 29 September 2021
Wednesday, 23 December 2020
Jakarta, CNN Indonesia -- Komandan Pusat Polisi Militer TNI Angkatan Darat (Danpuspomad) Letnan Jendral TNI Dodik Widjanarko memaparkan kronologi sembilan tersangka anggota TNI pelaku tindak kekerasan dan pembakaran dua jenazah warga sipil Papua.
Menurut Dodik, demi memusnahkan jejak kekerasan yang berujung pada tewasnya dua warga tersebut, kesembilan anggota TNI membakar jenazah mereka.
Dodik menengarai aksi berawal dari tuduhan kesembilan anggota TNI terhadap dua warga--yang belakangan diketahui bernama Luther Zanambani dan Apinus Zanambani--jadi bagian dari komplotan yang disebut pemerintah dan penegak hukum Indonesia sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Keduanya bahkan sempat ditahan oleh anggota TNI di Koramil Sugapa pada 21 April 2020 lalu, sebelum kemudian menghilang lantaran dibunuh dan dibakar.
Lihat juga:Danpuspomad Sebut Ada Prajurit Bakar Jenazah Warga di Papua
"Pada 21 April 2020 Satuan Batalyon Para Raider 433 JS Kostrad saat melaksanakan sweeping dicurigai sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB selanjutnya dilakukan interogasi terhadap dua orang tersebut di Koramil Sugapa Kodim Paniai," ungkap Dodik saat menyampaikan konferensi pers di Gedung Puspom AD, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Rabu (23/12).
Namun, Dodik melanjutkan, anggota TNI yang menginterogasi dua warga sipil itu malah bertindak berlebihan. Luther dan Apinus disiksa, hingga Apinus meninggal di tempat.
Sementara saudaranya, Luther mengalami kritis meski tidak meninggal di lokasi interogasi. Anggota TNI yang terlibat dalam kejadian itu pun kata Dodik membawa jenazah Apinus dan Luther dengan kondisi kritis tersebut ke Kotis Yonif PR 433 JS Kostrad.
"Keduanya dibawa dengan menggunakan truk umum warna kuning nomor polisi B 9745 PGD. Nah di tengah perjalanan inilah Luther Zanambani juga meninggal dunia," tutur Dodik.
Lantaran kalut, anggota TNI yang terlibat dalam aksi interogasi berujung penghilangan nyawa itu bermaksud meninggalkan jejak kekerasan. Untuk melenyapkan bukti, lanjut Dodik, dua jenazah pun dibakar.
"Abu mayat keduanya dibuang ke sungai Julai di Distrik Sugapa," tutur dia.
Lihat juga:KontraS Catat 40 Aksi Kekerasan di Papua Sepanjang 2020
Luther Zanambani dan Apinus Zanambani merupakan dua bersaudara yang diketahui masih keluarga Pendeta Yeremia Zanambani--yang juga tewas diduga karena kekerasan aparat.
Di tengah investigasi pembunuhan Pendeta Yeremia, Komnas HAM sempat mengungkapkan pemicu kekerasan yang menimpa tokoh agama itu salah satunya adalah pertanyaan ke aparat tentang anggota keluarga Yeremia yang hilang.
Dua bersaudara Zanambani memang dinyatakan hilang sejak April lalu hingga, belakangan terungkap keduanya tewas di tangan aparat.
Sembilan anggota TNI yang terlibat dalam kekerasan warga sipil Papua itu antara lain dua personel Kodim Paniai yakni Mayor Inf ML dan Sertu FTP. Sementara tujuh lainnya personel Yonif Pararider 433 JS Kostrad yakni Mayor Inf YAS, Lettu Inf JMTS, Serka B, Seryu OSK, Sertu MS, Serda PG, dan Kopda MAY.
Tim Gabungan Mabesad dan Kodam XVII Cenderawasih menetapkan sembilan anggota TNI tersebut sebagai tersangka atas kekerasan hingga pembakaran jenazah dua warga sipil Papua. Mereka dijerat Pasal 170 ayat (1), pasal 170 ayat (2), pasal 351 ayat (3) KUHP, pasal 181 KUHP, pasal 132 KUHPM, dan pasal 55 (1) kesatu KUHP.
Lihat juga:Komnas HAM Duga Ada Penyiksaan di Balik Kematian Yeremia
(tst/nma)
Tuesday, 3 November 2020
Jayapura, Pacemace.co – Tiba di Makassar pada Selasa (27/10/2020) kemarin, Kapal bernomor 593 KRI Bande Aceh ini memuat Batalion Infanteri 700 Raider Wira Yudha dan 310 Kidang Kencana dengan total 450 pasukan untuk di kirim menuju Papua.
Kapal tersebut salah satu kapal andalan yang dimiliki Komando Lintas Laut Militer (Konlilamil) yang akan menurunkan pasukan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Pamtas) mobile TNI AD diperbatasan Papua.
Komandan KRI Banda Aceh 593 Letkol Laut (P) Mochammad Achnaf mengatakan pasukan tersebut akan bertugas melakukan pengamanan mobile selama 6 bulan sejak diberangkatkan.
Ia bahkan menyakini kapalnya sangat tangguh dan mendukung tugas Satgas Pamtas mobile dari Yonif 310 Kidang Kencana dan Yonif 700 Raider Wira Yudha.
Saat ini, kapal yang dijuluki Sea Warior tersebut telah berada di perairan timur Indonesia dengan kondisi pasukan dalam keadaan sehat.
“Sea Warior saat ini berada di perairan Timur Indonesia menuju Papua dan akan menurunkan 2 batalion pasukan raider TNI AD,” kata Mochammad, Jumat (30/10/2020).
“Pelayaran dalam kondisi lancar dan aman. Cuaca masih dapat dilalui dengan baik. Personel KRI dan prajurit yang on board dalam kondisi sehat dan tetap menjaga protokol kesehatan sesuai ketetapan pemerintah,” lanjut dalam laporannya.
Senada, Panglima Konlilamil Laksda TNI Irwan Achmadi memberikan perintah untuk selalu meningkatkan kesiapan dan kesiapsiagaan dalam perjalanan.
Menurut Achmadi, hal ini sesuai perintah harian dari KSAL Laksamana TNI Yudo Margono.
Katanya, berdasarkan tugas pokok Kolinlamil untuk mendukung pasukan TNI AD yang bertugas.
“Sesuai Perintah harian KSAL, maka unsur-unsur KRI Kolinlamil yang merupakan bagian dari SSAT TNI AL harus selalu dalam kondisi yang siap siaga melaksanakan operasi,” ujar Achmadi.
Dalam pengaman perbatasan tersebut kapal KRI Banda Aceh 593 untuk menyiapkan sistem senjata dengan daya dan gerak tempur tinggi.
“Oleh karena itu, sesuai tugas pokok Kolinlamil yang mendukung pasukan TNI AD dalam tugas pengamanan perbatasan, maka sudah seharusnya memiliki daya gerak dan gempur yang tinggi,” tegas Panglima Kolinlamil.
Perjalanan kapal KRI Banda Ace 593 bertolak dari Makassar ke perbatasan Papua akan memakan waktu 5 hari 5 jam. (FB/Pacemace
Saturday, 17 October 2020
Militer Indonesia (TNI) dikabarkan akan melakukan misi operasi di West Papua, panambahan pasukan dan perlengkapan alat-alat militer terus meningkat di West Papua
Menurut sumber Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) yang beredar mengatakan bahwa militer indonesia yang berada di seluruh indonedia segera dikirim ke West Papua untuk menjalani misi perang bersama kami di medan pertempuran.
Untuk diketahui oleh dunia internasional bahwa saat ini West Papua sedang dalam zona merah militer indonesia (Wilayah Perang) demikian kami juga memberitahukan kepada publik dan militer indonesia untuk segara mengedepankan Hukum Perang Internasional (Humaniter Internasional) di West Papua dari pihak pemerintah.
Sunday, 1 September 2019
"Jadi begini, saya hampir tiap jam mengikuti perkembangan kerusuhan di Papua itu. Jadi saya punya analisa sederhana bahwa yang terjadi itu adalah dadakan," ujarnya saat ditemui usai menghadiri Pengajian Akbar dan Pelantikan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Gunungkidul periode 2018-2022 di Bangsal Sewokoprojo, Gunungkidul, Sabtu (31/8/2019) malam.
Baca juga: Konflik Papua, Mahfud MD: Tak Ada Referendum Menurut Konstitusi
"Kalau perang itu ada casus belli, sehingga yang di permukaan adalah mencerminkan apa yang sudah puluhan tahun di bawah permukaan itu. Di mana teman-teman Papua merasakan ada ketidakadilan. Jadi misalnya lingkungan atau ekologi hancur-hancuran, sementara orang Papua hanya menerima ampasnya," imbuh Amien.
Amien mencontohkan, seperti keberadaan sektor pertambangan di Papua yang hingga saat ini manfaatnya belum bisa dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat. Bahkan, Amien menyebut apabila mendapat manfaat dari sektor pertambangan tidak sampai per mil, per seribu.
"Kemudian juga saya kira memang sudah sampai ke puncak (rasa ketidakadilan yang dirasakan masyarakat Papua). Di mana yang penting adalah bagaimana Presiden Jokowi dan kita semua, tanpa kecuali, semua tokoh masyarakat, semua ulama, semua intelektual kampus dan lain-lain, bagaimana kita tidak lagi bicara dalam angka sekian triliun untuk otonomi daerah khusus Papua," katanya.
"Tidak akan mengirim sekian bala bantuan dari Brimob atau Kopassus. Tapi bagaimana kita bisa memenangkan, merebut hati dan pikiran saudara kita di Papua, ya," sambung Amien.
Menurut Amien, hal tersebut bisa terwujud apabila semua pihak memiliki asumsi dasar tidak membeda-bedakan antara Papua dan non-Papua. Mengingat dalam Islam, tidak ada bobot khusus untuk warna kulit dan bentuk muka manusia.
"Sekarang itu waktunya mendesak, bagaimana kita ini, tokoh-tokoh Indonesia ini duduk bersama para perusuh itu, ya, juga pimpinan struktural resmi maupun orang seperti Benny Wenda, seperti Filem Karma. Ada berlusin-lusin tokoh-tokoh yang sangat pandai yang juga luas pandangannya, jangan kita remehkan," ujarnya.
"Baru setelah itu kita ada harapan, kalau cuma mengirim tentara-tentara lagi malah mereka mungkin semakin..semakin..semakin dalem," imbuhnya.
Kendati demikian, ia menyebut langkah tersebut bukanlah pendekatan secara persuasif. Melainkan pendekatan secara kemanusiaan.
"Bukan persuasif ya, pendekatan kemanusiaan dari hati. (Ibaratkan) jadi saya seorang Papua mungkin saya merasa seperti dihempaskan. Kan sudah lama sekali tidak diperhatikan, ya, sudah tercecer jauh dari peradaban, ya, sangat banyak apa teman-teman Papua yang di gunung-gunung, hutan-hutan, tidak pernah tersentuh peradaban modern," katanya.
"Mengapa? Kan kita punya manusia, punya personel cukup, punya dana yang juga lebih dari cukup, tapi mengapa tidak sampai ke sana? Karena itu kita tidak usah saling menyalahkan lah. Jadi ini sudah waktunya kita pikul bersama-sama, tidak ada lagi yang mengatakan ada penumpang gelap, ada penumpang setengah gelap dan lain-lain malah nanti jadi kacau balau," imbuh Amien.
(skm/skm)
Sumber: Detik.com
Wednesday, 7 October 2015
from WordPress http://ift.tt/1LgHM5X
via IFTTT
Saturday, 17 January 2015
from WordPress http://ift.tt/1xA86MU
via IFTTT
Wednesday, 14 January 2015
from WordPress http://ift.tt/1KICOOa
via IFTTT
Saturday, 6 December 2014
from WordPress http://ift.tt/1q5Hk1Q
via IFTTT
Saturday, 23 August 2014
from WordPress http://ift.tt/1vruzND
via IFTTT
Saturday, 2 August 2014
from WordPress http://ift.tt/1nT9B8T
via IFTTT
Wednesday, 30 July 2014
from WordPress http://ift.tt/1pBMHiS
via IFTTT
Saturday, 26 July 2014
from WordPress http://ift.tt/1xcOHlS
via IFTTT
Thursday, 8 August 2013
Hal ini dikatakan Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Christian Zebua beserta jajarannya menggelar belasan senpi dan amunisi di Makodam XVII Cenderawasih, Kota Jayapura, Papua, Rabu (7/8).
“Ini hasil satu semester saja. Dan memang ada beberapa pucuk yang belum terkumpul. Ini baru dari satu Korem. Bahkan Korem 173 juga saya kira hampir 10 pucuk dan Korem 171 yang di Sorong juga ada beberapa pucuk,” kata Chiristian.
Menurut Christian, belasan senpi itu belum termasuk dari Korem 171 Sorong, Korem 173 Biak dan Korem 174 Merauke. “Jadi 17 senpi ini hanya dari Korem 172 Praja Wirayakti, tiga korem lainnya belum termasuk,” katanya.
Diketahui, satu dari 17 senpi itu adalah senpi laras pendek jenis revolver yang diserahkan Engga Kiwo beserta empat orang pengikutnya kepada Dandim 1702 Jayawijaya Letkol Inf Yusuf Sampetoding lewat upacara penyerahan senpi di Tiom, Kabupaten Lany Jaya.
“Ini, senpi revolver yang kemarin diserahkan oleh Enggo Kiwok beserta empat pengikutnya kepada prajurit kami di Lany Jaya. Enggo Kiwok merupakan kelompoknya Goliat Tabuni,” kata Christian seraya memegang senjata api revolver kepada wartawan.
Pangdam menambahkan, kemarin pihaknya dapat 4 pucuk di Paniai, tapi mereka berhasil melarikan diri. Pihaknya juga sudah komunikasi kepada bupati di sana. “Pak Bupati juga akan berkomunikasi dengan mereka yang di hutan. Tidak perlu melakukan gerakan itu. Dan tidak perlu terpengaruh dengan statement-statement dari luar. Seperti statement ada perwakilan OPM di Oxford, Inggris atau di tempat lain. Jadi tidak perlu,” ujarnya.
Sambil menunjukkan beberapa senpi yang digelar, Christian juga mangatakan, “silakan saja berpolitik, tetapi jangan mempengaruh yang lain. Hanya saja mereka yang berpolitik jangan melanggar aturanlah, yang melanggar aturan hukum, polisi menindak tegas, dan TNI mendukung itu,” katanya. (Jubi/Indrayadi TH)