Friday, 25 March 2022
Sunday, 14 November 2021
Monday, 16 August 2021
Wednesday, 20 January 2021
The .TPNPB NEWS:
Wednesday, 23 December 2020
Jakarta, CNN Indonesia -- Komandan Pusat Polisi Militer TNI Angkatan Darat (Danpuspomad) Letnan Jendral TNI Dodik Widjanarko memaparkan kronologi sembilan tersangka anggota TNI pelaku tindak kekerasan dan pembakaran dua jenazah warga sipil Papua.
Menurut Dodik, demi memusnahkan jejak kekerasan yang berujung pada tewasnya dua warga tersebut, kesembilan anggota TNI membakar jenazah mereka.
Dodik menengarai aksi berawal dari tuduhan kesembilan anggota TNI terhadap dua warga--yang belakangan diketahui bernama Luther Zanambani dan Apinus Zanambani--jadi bagian dari komplotan yang disebut pemerintah dan penegak hukum Indonesia sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Keduanya bahkan sempat ditahan oleh anggota TNI di Koramil Sugapa pada 21 April 2020 lalu, sebelum kemudian menghilang lantaran dibunuh dan dibakar.
Lihat juga:Danpuspomad Sebut Ada Prajurit Bakar Jenazah Warga di Papua
"Pada 21 April 2020 Satuan Batalyon Para Raider 433 JS Kostrad saat melaksanakan sweeping dicurigai sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB selanjutnya dilakukan interogasi terhadap dua orang tersebut di Koramil Sugapa Kodim Paniai," ungkap Dodik saat menyampaikan konferensi pers di Gedung Puspom AD, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Rabu (23/12).
Namun, Dodik melanjutkan, anggota TNI yang menginterogasi dua warga sipil itu malah bertindak berlebihan. Luther dan Apinus disiksa, hingga Apinus meninggal di tempat.
Sementara saudaranya, Luther mengalami kritis meski tidak meninggal di lokasi interogasi. Anggota TNI yang terlibat dalam kejadian itu pun kata Dodik membawa jenazah Apinus dan Luther dengan kondisi kritis tersebut ke Kotis Yonif PR 433 JS Kostrad.
"Keduanya dibawa dengan menggunakan truk umum warna kuning nomor polisi B 9745 PGD. Nah di tengah perjalanan inilah Luther Zanambani juga meninggal dunia," tutur Dodik.
Lantaran kalut, anggota TNI yang terlibat dalam aksi interogasi berujung penghilangan nyawa itu bermaksud meninggalkan jejak kekerasan. Untuk melenyapkan bukti, lanjut Dodik, dua jenazah pun dibakar.
"Abu mayat keduanya dibuang ke sungai Julai di Distrik Sugapa," tutur dia.
Lihat juga:KontraS Catat 40 Aksi Kekerasan di Papua Sepanjang 2020
Luther Zanambani dan Apinus Zanambani merupakan dua bersaudara yang diketahui masih keluarga Pendeta Yeremia Zanambani--yang juga tewas diduga karena kekerasan aparat.
Di tengah investigasi pembunuhan Pendeta Yeremia, Komnas HAM sempat mengungkapkan pemicu kekerasan yang menimpa tokoh agama itu salah satunya adalah pertanyaan ke aparat tentang anggota keluarga Yeremia yang hilang.
Dua bersaudara Zanambani memang dinyatakan hilang sejak April lalu hingga, belakangan terungkap keduanya tewas di tangan aparat.
Sembilan anggota TNI yang terlibat dalam kekerasan warga sipil Papua itu antara lain dua personel Kodim Paniai yakni Mayor Inf ML dan Sertu FTP. Sementara tujuh lainnya personel Yonif Pararider 433 JS Kostrad yakni Mayor Inf YAS, Lettu Inf JMTS, Serka B, Seryu OSK, Sertu MS, Serda PG, dan Kopda MAY.
Tim Gabungan Mabesad dan Kodam XVII Cenderawasih menetapkan sembilan anggota TNI tersebut sebagai tersangka atas kekerasan hingga pembakaran jenazah dua warga sipil Papua. Mereka dijerat Pasal 170 ayat (1), pasal 170 ayat (2), pasal 351 ayat (3) KUHP, pasal 181 KUHP, pasal 132 KUHPM, dan pasal 55 (1) kesatu KUHP.
Lihat juga:Komnas HAM Duga Ada Penyiksaan di Balik Kematian Yeremia
(tst/nma)
Sunday, 13 December 2020
Ilaga 12/12/2020.12:00 malam. Saya ada kirim laporan pada tanggal 09-12 empat hari berturut dua helicopter dorop pasukan TNI di distrik Agandugume dengan Ilaga .
Monday, 16 November 2020
![]() |
Penembakan dengan Peluru Tajam Maut di Intan Jaya |
Sejak akhir tahun 2019 Kabupaten Intan Jaya menjadi sorotan publik.
Kontak senjata antara TPN OPM dan MILITER Indonesia tak kunjung berhenti sampai detik ini. Distrik Sugapa ibu Kota Kabupaten Intan Jaya dan distrik Hitadipa dijadikan arena pertempuran. Kota dan kampung di distrik itu bagai kota/kampung "mati".
Tak ada aktifitas warga setempat untuk bernafkah. Di setiap sudut kota, di kampung, di kali, di hutan & di kebun diduduki TNI & POLRI. Sehingga warga setempat tak dpt ke luar rumah utk beraktifitas.
Hari demi hari mereka dikurung di dalam rumah. Warga setempat tak bisa berkebun lagi, tak bisa ke hutan lagi & tak bisa ke kali lagi, karna TNI POLRI sudah menempati di setiap sudut kota, kampung & hutan.
Setiap pria/ wanita dewasa diwajibkan memiliki KTP. Karna saat saat tertentu TNI POLRI menyisir dari rumah ke rumah. Jikalau seseorang hendak ke luar rumah, harus membawa KTP.
"Hampir setiap hari ada pendropan pasukan TNI/POLRI menggunakan helikopter 2 atau 3 kali", demikian kata seorang informan.
Semua kantor pemerintahan, baik tingkat kabupaten sampai di tingkat Balai Kampung serta gedung sekolah di Distrik Sugapa & Hitadipa dijadikan sebagai tempat penampungan TNI/POLRI.
Sebabnya aktifitas sekolah & kantor mati. Pendropan militer RI ini mengakibatkan warga setempat berada dlm tekanan & terpenjara. Hal ini mengakibatkan kelaparan, kesakitan, kematian karena dianiaya, ditembak militer RI dan juga kematian karena kelaparan, serta beban pikiran untuk masa depan hidup warga setempat.
Rumah Sakit di Distrik Sugapa juga dilayani oleh TNI/POLRI menyebabkan dlm beberapa bulan warga yang sakit tidak pergi ke Rumah Sakit utk mendapat layanan kesehatan. Setelah Direktur Rumah Sakit Sugapa diingatkan oleh warga setempat, akhirnya TNI/POLRI diminta ke luar dari Rumah Sakit.
Warga setempat memilih pergi ke Susteran biara setempat utk mendapatkn pelayanan kesehatan.
Warga Intan Jaya mendesak:
1). Presiden RI, Jokowi segera hentikan operasi militer dan menarik Pasukan Non Organik dari Intan Jaya;
2). Butuh akses wartawan & pekerja kemanusiaan di Intan Jaya;
3). Butuh bantuan bahan makanan dan obat-obatan, serta pakaian.
4). Butuh dukungan doa dari Tim Doa agar operasi ini dihentikan.
Keterangan: Foto di bawah ini adalah Pewarta Rufinus Tigau yg ditembak militer Indonesia.
Info ini dari sumber terpercaya dan mohon disebarkan.
Terimakasih.
Pokok Doa:
Semua orang Papua, dalam doa apapun, naikkanlah Doa kepada Allah Bapa di sorga
- agar Allah mengampuni mereka yang menghabisi nyawa bangsa Papua tak berdosa, dan mereka bertobat menjadi anak-anak Allah;
- agar kita orang Papua tidak terganggu dengan aksi terorisme negara, akan tetapi tetap fokus kepada arah perjuangan Papua Merdeka, menyelesaikan sisa-sisa tindakan yang harus diambil saat ini lewat ULMWP supaya penderitaan ini segera berakhir;
- agar Tuhan membuka hati Joko Widodo dan pejabat kolonial di Jakarta berpikir serius memberikan kemerdekaan kepada bangsa Papua.
Tuesday, 27 October 2020
Reporter: Victor Mambor
![]() |
Rafinus Tigau semasa hidupnya - IST |
Jayapura, Jubi – Seorang pewarta gereja Katolik, Senin (26/10/2020) tewas tertembak oleh aparat keamanan Indonesia yang bertugas di Intan Jaya. Selain pewarta gereja bernama Rafinus Tigau ini, seorang anak bernama Megianus Kobagau terluka karena rekoset peluru yang ditembakan aparat keamanan.
Pastor Marten Kuayo, Administrator Diosesan Keuskupan Timika membenarkan kejadian yang menewaskan Rafinus ini.
“Benar, saya baru dapat laporan dari Pastor Paroki Jalae bahwa Rafinus meninggal karena ditembak. Dia dituduh sebagai anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Tidak benar itu. Rafinus sudah sejak lama menjadi pewarta gereja Katolik di Jalae,” kata Pastor Marthen kepada Jubi, Senin (26/10/2020).
Seorang warga Sugapa yang dihubungi Jubi mengatakan jenazah Rafinus ditemukan dekat rumahnya sudah dikubur dalam sebuah lubang dengan ditutup daun pisang.
“Aparat TNI Polri sudah berada di Jalae sejak jam 5.00 pagi. Katanya mereka mau kejar TPNPB. Tapi TPNPB sudah jauh dari kampung. Kita dengar bunyi tembakan saja. Kita tidak tau siapa yang dapat tembak. Setelah bunyi tembakan tidak ada baru kita cek keluar rumah. Kita baru sadar Rafinus tidak ada. Jadi kita cari, ternyata dia dikubur dalam lubang yang ditutupi daun pisang,” kata warga Sugapa ini.
Terpisah, parat keamanan yang melakukan penyisiran di Jalae mengatakan Rufinus adalah anggota Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) sebutan mereka untuk Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB).
“Ini merupakan hasil pengembangan pasca penghadangan TGPF oleh KKSB 9 Oktober lalu. Dari hasil pengembangan dan pengumpulan informasi dari masyarakat diperoleh informasi akurat bahwa salah satu kelompok KKSB bermarkas di Kampung Jalae Distrik Sugapa,” kata Kepala Penerangan Kogabwilhan III, Kol Czi IGN Suriastawa.
Operasi, menurut Suriastawa dimulai pukul 05.30 WIT oleh Tim Gabungan TNI-Polri. Selain menembak Rapinus, operasi ini mengamankan dua orang lainnya, yang salah satunya mengaku adik dari Rafinus Tigau.
Suriastawa juga mengatakan atas permintaan pihak keluarga, korban tewas dikubur di tempat. Tim Gabungan TNI Polri membantu menggali kubur dan saat pemakaman, pihak keluarga mengakui bahwa korban selama ini aktif dalam aksi KKSB.
Namun warga Sugapa yang dihubungi Jubi mengatakan tidak ada warga yang tahu penembakan Rafinus hingga jenazahnya ditemukan dalam lubang yang ditutupi daun pisang.
Suriastawa mengakui dalam operasi ini seorang anak bernama Megianus (6 tahun) mengalami luka di bagian pinggang kiri akibat rekoset. Megianus kemudian dievakuasi ke Bandara Bilogai, Intan Jaya untuk selanjutnya dibawa ke Timika untuk perawatan medis lebih lanjut.
“Ia didampingi 2 orang keluarganya,” kata Suriastawa.
Sebby Sambom, Juru Bicara TPNPB mengatakan pernyataan Suriastawa itu sebagai kebohongan yang dibangun untuk menutupi sorotan publik. Sebby mengatakan saat penembakan Pendeta Zanambani, Suriastawa juga menuding Pendeta Zanambani sebagai anggota TPNPB.
“Faktanya, terungkap dengan jelas bahwa yang mereka tembak itu tokoh agama, seorang pendeta. Begitu juga penembakan yang mereka lakukan pada seorang katekis paska penembakan Pendeta Zanambani,” kata Sebby.
Sebby menegaskan, ia sudah memeriksa ke Intan Jaya dan tidak ada angggota TPNPB di Intan Jaya yang bernama Rafinus Tigau. (*)
Friday, 16 October 2020
![]() |
Anggota PANSUS DPRP Kasus Penembakan di Intan Jaya |
Pansus DPR Papua saat melakukan jumpa pers hasil kunjugan ke Intan Jaya, di Hotel Horison, Jumat, (09/10).
Panitia Khusus (Pansus) DPRD Papua mengungkap nama penembak pendeta Yeremia Zanambami di Intan Jaya, Papua.
Anggota Pansus Deki Nawipa mengatakan, nama penembak Pdt Yeremia Zanambami didapat dari pengakuan keluarga korban.
Ia mengatakan, keluarga korban menyebutkan bahwa pendeta Yeremia Zanambani ditembak oleh anggota Kostrad 477 atas anama Alpius.
Deki Nawipa menyebutkan, ada beberapa anggota yang sering bersama dengan almarhum sudah dianggap sebagai keluargga. Tapi pada peristiwa itu, korban Yeremia Zanambami ditembak.
“Mama atau istri almarhum waktu kami tanya siapa itu pembunuh bapak, ia langsung mengatakan yang bunuh atas nama Alpius dari satuan Kostrat 477,” ucap Deki.
“Jadi entah mau ungkap atau tidak, ini kami sampaikan sesuai dengan data yang kami ambil langsung di lapangan, dan istri almarhum langsung tunjuk kalau ‘kau Alpius ko yang bunuh’, kalau tidak percaya kami punya data tertulis dan video dan kami pansus siap bertungjawab,” tambahnya.
Kata dia, kehadiran Pansus mewakili Pemerintah Provinsi Daerah dan Pusat. Ia mengklaim masyarakat Intan Jaya sangat berharap keadilan karena mereka sudah tahu siapa pelaku penembakan.
“Kami melihat persoalan HAM dari tahun 1960 sampai dengan saat ini tidak bisa terungkap karena lebih memproteksi institusi tidak pada pelakunya, maka jika ingin menyelesaikan masalah dan tidak tercoreng nama baik negara dan konstitusi harus ungkap pelakunya,” terangnya.
Dikatakan Deki, meski banyak tim yang dikirim ke Intan Jaya, tapi kalau tidak menyentuh substansi masalah terkait pelanggaran HAM, tidak akan menyelesaikan persoalan.
“Persoalan ini tidak akan selesai dan nama baik instisusi dan negara dan lainnya akan tercoreng,” katanya.
Pansus memberikan beberapa rekomendasi kepada pemerintah daerah dan aparat. Intinya, Pansus meminta segera mengungkap pelaku penembakan.
Pansus juga merekomendasikan agar rencana drop pasukan dari Maluku harus dihentikan sebelum melakukan pengungkapan kasus penembakan pendeta Yeremia Zanambami.
“Pengiriman pasukan harus dijentikan sebelum penyelesaian masalah. Jika tidak, masyarakat akan merasa terancam dan mereka merasa kehadiran aparat sebagai musuh, ini rekomendasi kami,” katanya
Sunday, 4 October 2020
Jayapura, Jubi – Kapan pemerintah membentuk TGPF Nduga? Mungkinkan TGPF Intan Jaya juga menyelidiki kasus Nduga? Hal itu dilontarkan tokoh pemuda Kabupaten Nduga, Samuel Tabuni dalam rilis yang disampaikan kepada Jubi, Sabtu (3/10/2020).
“Hanya dalam kurun 14 hari setelah peristiwa Hitadipa, TGPF ini sudah terbentuk. Ini suatu langkah cepat, yang memang sangat dibutuhkan untuk mengungkap kasus Hitadipa. Lalu bagaimana dengan Nduga yang sudah hampir dua tahun?” tanya dia.
Tabuni mengaku sangat mengapreasi keputusan pemerintah membertuk tim investigasi yang disebut sebagai Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) atas kasus pembunuhan seorang Pendeta di Hitadipa, Intan Jaya.
Namun ia juga sangat berharap pemerintah juga harus adil dalam keputusannya terkait pembentukan TGPF itu. “Apa yang salah ketika tugasnya diperluas? Tidak hanya berfokus pada persoalan Hitadipa saja, tapi sebaiknya persoalan Nduga juga harus menjadi bagian dari perhatian dan tugas TGPF,” kata Samuel yang juga anggota TGPF Hitadipa.
Persoalan Nduga sudah hampir 2 tahun terbengkalai. Pemerintah tidak memberikan perhatian secara serius untuk membentuk tim investigasi seperti TGPF Hitadipa.
Padahal pembunuhan dan penyiksaan terhadap warga sipil termasuk para hamba Tuhan dalam kasus Nduga juga banyak terjadi. Kasus terakhir terjadi pada pekan lalu di distrik Mbulmu Yalma. Menurut Tabuni pekan lalu ada aparat TNI yang menembak mati dua aparat kampung.
“Tim pencari fakta sedang bergerak ke tempat kejadian karena mayat mereka tidak ditemukan,” katanya.
TabloidJubi -Jayapura, Jubi – Gubernur Papua, Lukas Enembe mengatakan pemerintah Provinsi Papua akan membentuk tim kemanusiaan untuk membantu masyarakat Intan Jaya menghadapi permasalahan yang dihadapi belakangan ini. Tim ini menurut Gubernur Enembe akan terdiri dari beberapa unsur, diantaraya pemerintahan, masyarakat sipil dan gereja.
“Penembakan pendeta Zeremia Zanambani harus diinvestigasi. Namun bukan hanya itu, masalah yang dihadapi oleh masyarakat Intan Jaya belakangan ini sangat berat. Kekerasan demi kekerasan terjadi di Intan Jaya. Ini hampir sama dengan saat saya menjadi bupati di Puncak Jaya,” kata Gubernur Enembe kepada Jubi, Jumat (2/10/2020).
Menurut Gubernur Enembe, pemerintah daerah harus membantu masyarakat Intan Jaya menghadapi trauma kekerasan yang dialami.
“Dalam waktu dekat ini tim kemanusiaan untuk Intan Jaya akan dibentuk. Saat ini saya sedang berkoordinasi dengan Karo Hukum untuk membuat SK nya,” jelas Gubernur Enembe tanpa merinci lebih jauh terkait tim kemanusiaan yang akan dibentuk.
Terpisah, Ketua Sinode AM GKI Papua Pendeta Andrikus Mofu menanggapi tim investigasi kasus penembakan Pendeta Zeremia Zanambani yang dibentuk Menko Polhukam, Mahfud MD.
Ia yakin bahwa masyarakat Papua tidak percaya dengan tim investigasi yang dibentuk Menko Polhukam.
“Saya hari ini yakin bahwa masyarakat Papua pasti tidak yakin oleh tim investigasi yang dibentuk oleh Menko Polhukam dapat mengungkapkan secara adil dan baik transparan dan jujur,” kata Mofu dalam diskusi publik yang diadakan oleh Amnesty International Indonesia dengan judul “Mengulas Tim Investigasi Independen Penembakan Hitadipa”, Jumat (2/10/2020).
Monday, 27 January 2020
![]() |
© Disediakan oleh PT. Kompas Cyber Media Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (23/8/2019). |
Baku tembak terjadi pada Minggu (26/1/2020).
"Kejadian ini benar terjadi pada hari minggu yang lalu tanggal 26 Januari pada pukul12.08 Waktu Indonesia Timur dari kontak senjata ini," kata Asep di Gedung Bareskrim Mabes Polri, Senin (27/1/2020).
Asep mengatakan, dalam baku tembak itu satu anggota KKB tewas.
Selain itu, ada satu anggota KKB yang diserahkan warga ke aparat keamanan.
"Satu meninggal dari kontak senjata itu dari kelompok kriminal bersenjata dan satu lagi diamankan oleh masyarakat lalu diserahkan pada pihak aparat keamanan," ungkapnya.
"Jadi pertanyaannya saya luruskan bukan dua yang meninggal, satu meninggal dari kontak senjata itu dari kelompok kriminal bersenjata," sambungnya.
Kendati demikian, Asep memastikan situasi di Papua masih kondusif dan terkendali.
Meskipun, saat ini aparat Kepolisian masih melakukan pengejaran terhadap KKB yang melakukan baku tembak dengan aparat.
"Sampai dengan hari ini situasi di Papua masih aman terkendali dan tim gabungan TNI dan Polri masih terus melakukan pengejaran terhadap KKB," ucapnya.
![]() |
Foto: Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw (Wildan/detikcom) |
"Memang benar ada laporan tentang terjadinya kontak tembak di Kabupaten Intan Jaya, Minggu (26/1)," kata Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw dilansir Antara, Minggu (26/1/2020).
Waterpauw mengatakan dua orang tewas dalam kontak tembak antara kelompok kriminal bersenjata (KKB) dengan TNI/Polri tersebut. Keduanya merupakan anggota KKB.
"Hingga menewaskan dua anggota KKB," ujarnya.
Waterpauw mengungkapkan, meski terjadi kontak tembak, situasi di Intan Jaya relatif kondusif. Dia mengimbau semua anggotanya untuk tetap waspada,
"Anggota diminta untuk selalu waspada," kata Waterpauw.
Berdasarkan data yang dihimpun, sebelumnya pada Selasa (14/1) juga telah terjadi kontak senjata di Kampung Titigi, Distrik Agisiga. Dilaporkan satu anggota KKB tewas tertembak.
(mae/gbr)