tirto.id - Vanuatu punya peran penting mengangkat isu pemerdekaan Papua di forum tingkat dunia. Tapi, tidak selamanya ia dan rekan-rekan sesama anggota Melanesian Spearhead Group (MSG) melakukan hal serupa. Kondisi politik domestik dan intervensi Indonesia di kawasan Pasifik turut mempengaruhi sikap mereka.
Tak lama setelah Vanuatu merdeka pada 1980, perdana menteri pertama Vanuatu, Walter Hadye Lini, menyampaikan bahwa Vanuatu takkan sepenuhnya merdeka sampai seluruh Melanesia terbebas dari kolonialisme. Semangat anti-kolonialisme itu juga dibalut "The Melanesian Way" yang digagas filsuf kelahiran Papua New Guinea (PNG) bernama Bernard Narokobi pada 1970-an. Bagi Narokobi, Melanesia mencakup wilayah Papua (di Indonesia), PNG, Kepulauan Solomon, Vanuatu, Kaledonia Baru, dan Fiji. Gagasan itu dia tulis dalam serangkaian artikel di surat kabar PNG, tetangga paling timur Indonesia itu merdeka pada 1975. Semangatnya adalah kebangkitan Melanesia yang telah lama dijajah Eropa serta mendukung pembentukan negara-negara baru di kawasan Melanesia.
Pemimpin Vanuatu, PNG, dan Kepulauan Solomon bertemu di Goroka, PNG pada 1986. Perwakilan organisasi pendukung pemerdekaan Kaledonia Baru yang tergabung dalam Front de Libération Nationale Kanake et Socialiste (FLNKS) juga turut hadir. Baca juga: Vanuatu, "si Kecil" Pendukung Pemerdekaan Papua Empat unsur tersebut sepakat membentuk kaukus MSG dan menyetujui pentingnya negara-negara Melanesia untuk bersolidaritas demi memperjuangkan kepentingan bersama, termasuk mendukung FLNKS. Sementara itu, "Melanesian Way" juga berpengaruh di Papua.
Pada 1978, antropolog Arnold Ap membentuk grup musik Mambesak yang menyuarakan aspirasi Melanesia orang Papua sebagai bentuk perlawanan terhadap Indonesia. Ap dibunuh Kopassandha (kini Kopassus) pada 1984. Lalu, Thomas Wanggai memproklamasikan "Melanesia Barat" pada 1988. Atas perbuatannya, Wanggai dipenjara. PNG, Vanuatu, dan Kepulauan Solomon menandatangani Prinsip Kerja Sama Antar Negara Merdeka Melanesia pada 1988. Kesepakatan ini menandai terbentuknya MSG. Setahun berikutnya, FLNKS resmi menjadi anggota MSG, disusul kemudian oleh Fiji pada 1996. Lantas, bagaimana posisi Papua di MSG?
Empat unsur tersebut sepakat membentuk kaukus MSG dan menyetujui pentingnya negara-negara Melanesia untuk bersolidaritas demi memperjuangkan kepentingan bersama, termasuk mendukung FLNKS.Semakin ke Sini, Indonesia Diuntungkan Menurut analisis Stephanie Lawson dalam "West Papua, Indonesia and the Melanesian Spearhead Group" (2016) yang dimuat di Australian Journal of International Affairs, dengan menjadikan FLNKS sebagai anggota, MSG menempuh jalan yang berbeda via Pacific Islands Forum (PIF), organisasi penghimpun negara-negara di Lautan Pasifik. Hanya negara merdeka yang boleh jadi anggota PIF. Sedangkan FLNKS, aktor politik non-negara yang memperjuangkan pemerdekaan, jadi anggota MSG.
Baca selengkapnya di artikel "Siapa Kawan dan Lawan Indonesia di Melanesia Soal Papua Merdeka?", https://tirto.id/df4R